;

Kamis, 21 Oktober 2010

Resensi Mencari Mutiara di Dasar Hati

Saudaraku,
Genggam erat-erat tali keimanan kita. Kenalilah diri. Pahami kebiasaannya. Rasakan setiap getaran-getarannya. Lalu berhati-hati dan kontrol lah kemauan dan kecendrungannya. Waspadai!!! kekurangannya dan manfaatkan kelebihannya.
Berdoalah pada Allah agar ia menyingkapkan ilmu-Nya tentang diri. Sebagaimana senandung doa yang dilantunkan Yusuf bin Asbath, murid Sofyan Ats Tsauri :” Allahumma arrifni nafsii”,” Ya Allah kenalkan aku dengan diriku…”. Jiwa manusia banyak menyimpan rahasia. Misteri hati dan jiwa manusia sulit dikenali dengan baik kecuali dengan bantuan Allah swt kepada kita. Karena itu ulama terkenal yang ahli dalam masalah kejiwaan Sahal bin Abdillah mengatakan bahwa mengenali diri sendiri lebih sulit dan lebih halus daripada mengenali musuh. Artinya,aib dan kekurangan yang terselebung dalam diri, sangat sulit dideteksi, dan harus dibuka oleh Allah agar seseorang dapat membersihkan diri dan jiwanya.
Saudaraku,
Iman dalam hati kita ibarat pelita. Bila cahanya meredup berarti kita akan larut dalam gelap dan kehilangan petunjuk dalam menjalani kehidup. Dan semakin cahayanya menyala,berarti kita semakin bisa melihat segala sesuatu di hadapan kita dengan jelas.
Wajar saja bila pelita itu kadang meredup, karena memang begitulah tabiat iman sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah, bahwa iman itu terkadang bertambah dan berkurang. Tapi kita harus berupaya agar ia tidak redup terus menerus bahkan padam,. Hanya ada satu cara untuk menyalakan kembali pelita yang redup itu: TAUBAT.
Mata adalah panglima hati . hampir semua perasaan dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata. Bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan dilarang, maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya. Meskipun ia tidak sungguh-sungguh jatuh ke dalam jurang. Demikian potongan nasihat Iman Ghazazali rahimahullah dalam kitab Ihya ulumuddin.
Saudaraku,
Semoga Allah memberi naungan barakah-Nya kepada kita semua. Fitnah dan ujian tak pernah berhenti. Sangat mungkin, kita kerap mendengar bahkan mengkaji masalah mata. Tapi belum tentu kita termasuk dalam kelompok orang yang bisa memelihara matanya. Padahal, seperti diungkapkan oleh Imam Ghazali tadi, orang yang keliru menggunakan pandangan, berarti ia terancam bahaya besar karena mata adalah pintu paling luas yang bisa memberi banyak pengaruh pada hati.
Menurut Imam Ibnu Qayyim,mata adalah penuntun, sementar hati adalah pendorong dan pengikut. Mata, memiliki kenikmatan pandangan. Hati, memiliki kenikmatan pencapaian. “Dalam dunia nafsu keduanya adalah sekutu yang mesra. Jika terpuruk dalam kesulitan, maka masing-masing akan saling mencela dan mencerai,”jelas Ibnu Qayyim.
Kata hati kepada mata, “ Kaulah yang telah menyeretku pada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman dari kebun yang tidak sehat”. Kau salahi firman Allah,”Hendaklah mereka menahan pandangannya”.kau salahi sabda Rasulullah saw,”memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa meninggalkannnya karena takut pada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman padanya, yang akan didapati kelezatan dalam hatinya.”(HR.Ahmad)
Tetapi mata berkata kepada hati, “Kau dzalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir dan batin. Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan mengikuti jalan yang engkau tunjukkan. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal darah . jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula. Dan jika rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati”(HR.Bukhari dan Muslim)

“Hati adalah raja dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik maka baik pula pasukannya. Jika rajanya buruk, maka buruk pula pasukannya”

Wahai hati, jika engkau dianugrahi pandangan, tentu engkau tahu bahwa rusaknya pengikutmu adalah karena kerusakan dirimu, dan kebaikan mereka adalah kebaikanmu. Sumber bencana yang menimpamu adalah karena engkau tidak memiliki cinta pada Allah, tidak suka dzikir, kepada-Nya, tidak menyukai firman, asma dan sifat-sifat-Nya. Allah berfirman, “Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada.”(QS. Al-Hajj:46)
Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan salah, adalah ujian yang akan membuktikan kualitas iman. Di sinilah peran mengendalikan mata dan kecondongan hati termasuk dalam situasi kesendirian, karena ia menjadi bagian dari suasana yang tak diketahui oleh orang lain, “Hendaklah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya yakinlah bahwa Ia melihatmu “





Dikutip dari : Muhammad Nursani,”Mencari Mutiara di Dasar Hati” Seri 1,
Tarbawi Press, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar